kariip

Smile! You’re at the best WordPress.com site ever

Contoh Satuan Kegiatan Layanan Pri-Sos

Contoh Satuan Kegiatan Layanan Pri-Sos

SATUAN KEGIATAN LAYANAN

BIMBINGAN DAN KONSELING

  1. Judul/Spesifikasi Layanan   : Memahami Komunikasi Intepersonal yang Baik
  2. Bidang Bimbingan                      : Bimbingan Pribadi Sosial
  3. Fungsi Layanan                           

Agar siswa dapat mengembangkan dan memelihara hubungan yang baik secara positif terhadap lingkungannya  baik di keluarga, sekolah ataupun masyarakat.

      D. Standar Kompetensi             

            Membantu siswa untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi sosial

Dalam mewujudkan pribadi yang mandiri dan bertanggung jawab melalui komunikasi interpersonal yang efektif.

E. Indikator Pencapaian                       

            Setelah mengikuti kegiatan ini diharapkan siswa dapat:

  1. Menerapkan dalam kehidupan sehari-hari cara berkomunikasi yang baik
  2. Mensimulasikan contoh atau bentuk komunikasi interpersonal
  3. Dapat menciptakan dan menumbuhkan hubungan sosial yang baik

F.  Sasaran Layanan       : Siswa SMU Kelas 1

G. Uraian Kegiatan dan Materi Layanan       

            1. Uraian Kegiatan

1.1. Kegiatan Awal

– Pembimbing membuka kegiatan layanan

– Pembimbing mencek kehadiran siswa

– Pembimbing mengadakan apersepsi

1.2. Kegiatan Inti

– Pembimbing menjelaskan teknik permainan simulasi

– Siswa dibagi menjadi dua kelompok/peran, sebagai wisatawan dan pemandu/guide

– Siswa dengan arahan pembimbing melaksanakan simulasi

– Siswa bersama pembimbing mengambil pokok kajian dari simulasi yang telah dilakukan

– Siswa mendengarkan materi dari pembimbing yang berkaitan dengan simulasi

1.3. Kegiatan Akhir

– Siswa bersama pembimbing mengadakan tanya jawab dari materi yang telah  dibahas

–          Pembimbing memberikan tugas kepada siswa berbentuk lembar kerja siswa

–          Siswa bersama pembimbing menyimpulkan materi yang telah disampaikan

–          Pembimbing menutup kegiatan layanan

2. Materi Layanan

2.1. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi dengan manusia yang lain.

Manusia dalam kehidupannya sehari-hari akan senantiasa terlibat dalam komunikasi, baik komunikasi verbal maupun komunikasi non-verbal

2.2. Komunikasi yang Baik dan Efektif

Komunikasi dibentuk dari adanya stimulus dan respon. Manusia belajar menjadi manusia melalui komunikasi. Manusia bukan saja dibentuk dari lingkungan tetapi oleh cara-caranya menerjemahkan pesan-pesan lingkungan yang diterimanya. Melalui komunikasi kita dapat menemukan diri kita, mengembangkan konsep diri dan membentuk hubungan sosial dengan dunia sekitar kita.

Bagaimana tanda-tanda komunikasi yang efekif? Komunikasi yang efektif menurut  Stewart Tubbs & Sylvia Moss dikriteriakan paling tidak menimbulkan lima hal yaitu:

  1. Pengertian
  2. Kesenangan
  3. Pengaruh pada sikap
  4. Hubungan yang makin baik
  5. Tindakan

2.3. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal terjadi jika didalam proses komunikasi tersebut terlibat sekurang-kurangnya dua orang atau lebih, yang satu bertindak sebagai penyampai informasi dan yang satu sebagai penerima informasi. Komunikasi interpersonal yang baik akan berjalan lancar jika diantara kedua belah pihak terdapat keterkaitan emosional sebagai contoh:

”Seorang guru akan merasa tersinggung, jika ketika dia menerangkan materi pelajaran ada siswa yang tidak memperhatikannya karena mengobrol”. Dalam hal tsb di atas dapat kita simpulkan bahwa komunikasi dari contoh diatas tidak berlangsung dengan baik, karena salah satu pihak tidak mempunyai keterkaitan emosional dengan penyampai informasi.

H. Tempat Penyelenggaraan Layanan       : Ruang kelas

I.   Waktu                                                       : 15 Menit

      Tanggal                                                    :  3 Maret 2010

      Semester                                                   :  II

J. Penyelenggara Layanan                       :  Guru BK

K. Alat & Perlengkapan                               : 1. Poster

                                                                                      2. Chart

3. Topi untuk simulasi

4. Lembar Kerja Siswa

L. Sumber

1. Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi

2. Kurikulum SMU, Petunjuk Pelaksanaan BK tahun 1994

3. Stewart Tubbs & Sylvia Moss, Body Language

M. Rencana Penilaian

1. Prosedur Tes         : Post Test

2. Jenis Tes                 : a. Tes Lisan

                                              b. Tes tertulis, pengisian LKS (terlampir)

3. Bentuk tes              : Essay

4. Butir Soal               : 1. Bagaimana tanda-tanda komunikasi yang efektif?

                                             2. Berilah contoh keadaan ketika komunikasi interpersonal terjadi!

Yogyakarta, 1 Maret 2010

Perencana Kegiatan Layanan

http://dianaseptipurnama.wordpress.com/2010/08/02/contoh-satuan-kegiatan-layanan-pri-sos/#more-53

Leave a comment »

Contoh Silabus BK Pribadi

SILABUS BK PRIBADI

SILABUS BIMBINGAN KONSELING PRIBADI

(Bagi Mhs ygang mengambil Mata Kuliah BK Pribadi)

 

1. Nama  Mata kuliah          : BK Pribadi

2. Kode / SKS                       : 2 SKS

3. Tujuan Instruksional Umum :

 

Mahasiswa dapat menjelaskan teori “Self” dan perkembangan individu; Permasalahan dan strategi penyelesaian masalah individu; Konsep kecakapan Pribadi; Teknik-Teknik BK Pribadi; Strategi layanan BK Pribadi dan Evaluasi Pelaksanaan BK Pribadi.

 

 

 

No Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan T P
1 Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling Pribadi 200 200
a. Keterkaitan Diri dan Lingkungan Sosial
b. Pengertian BK Pribadi Sosial
c. Urgensi BK Pribadi Sosial
2 Teori Perkembangan Individu Perkembangan karakter, emosi, sosial, moral, agama 200 200
3. Permasalahan & Strategi Penyelesaian Masalah Individu Adjustment-maladjustment, stress, frustasi, suicide.Strategi coping, problem solving,  peer counseling, anger management
3 Konsep dan Karakteristik Kecakapan Pribadi Sosial/Character Building Self awareness, Self Regulation, self Assessment 200 200
4. Teknik-Teknik BK Pribadi Psikodrama, sosiodrama, art therapy, game therapy, puppetry, self talk/self communication, role play, storytelling, desentisisasi, bibliotherapy, expresive writing 200 200
5. Strategi Pengembangan Pribadi Sosial (Layanan dasar, Layanan Responsif, dan Layanan Perencanaan Individual) Need Assessment, Planning, Implementasi, Evaluasi (Program BK Pribadi) 200 200 400
6 Evaluasi Program BK Pribadi Tahapan Pelaksanaan Evaluasi dan alat ukurnya 200 200 400
TOTAL 1400

http://dianaseptipurnama.wordpress.com/

 

Leave a comment »

My Life Is Enjoy^_^

Leave a comment »

Standar Kompetensi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar

Dalam Permendiknas No. 23/2006 telah dirumuskan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang harus dicapai peserta didik, melalui proses pembelajaran berbagai mata pelajaran. Namun, sungguh sangat disesalkan dalam Permendiknas tersebut sama sekali tidak memuat Standar Kompetensi yang harus dicapai peserta didik melalui pelayanan Bimbingan dan Konseling. Oleh karena itu, Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) mengambil inisiatif untuk merumuskan Standar Kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik, mulai tingkat SD sampai dengan Perguruan Tinggi, dalam bentuk naskah akademik, untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan Depdiknas dalam menentukan kebijakan Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Indonesia.

 

Dalam konteks pembelajaran Standar Kompetensi ini disebut Standar Kompetensi Lulusan (SKL), sementara dalam konteks Bimbingan dan Konseling Standar Kompetensi ini dikenal dengan istilah Standar Kompetensi Kemandirian (SKK), yang di dalamnya mencakup sepuluh aspek perkembangan individu (SD dan SLTP) dan sebelas aspek perkembangan individu (SLTA dan PT). Kesebelas aspek perkembangan tersebut adalah: (1) Landasan hidup religius; (2) Landasan perilaku etis; (3) Kematangan emosi; (4) Kematangan intelektual; (5) Kesadaran tanggung jawab sosial; (6) Kesadaran gender; (7) Pengembangan diri; (8) Perilaku kewirausahaan (kemandirian perilaku ekonomis); (9) Wawasan dan kesiapan karier; (10) Kematangan hubungan dengan teman sebaya; dan (11) Kesiapan diri untuk menikah dan berkeluarga (hanya untuk SLTA dan PT). Masing-masing aspek perkembangan memiliki tiga dimensi tujuan, yaitu: (1) pengenalan/penyadaran (memperoleh pengetahuan dan pemahaman tentang aspek dan tugas perkembangan [standar kompetensi] yang harus dikuasai); (2) akomodasi (memperoleh pemaknaan dan internalisasi atas aspek dan tugas perkembangan [standar kompetensi] yang harus dikuasai) dan (3) tindakan (perilaku nyata dalam kehidupan sehari-hari dari aspek dan tugas perkembangan [standar kompetensi] yang harus dikuasai).

Aspek perkembangan dan beserta dimensinya tampaknya sudah disusun sedemikian rupa dengan mengikuti dan diselaraskan dengan prinsip-prinsip, kaidah-kaidah dan tugas-tugas perkembangan yang harus dicapai individu.

Berikut ini rumusan Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik pada Sekolah Dasar

STANDAR KOMPETENSI KEMANDIRIAN (SKK) PESERTA DIDIK

PADA SEKOLAH DASAR

No Aspek Perkembangan Tataran/Internalisasi Tujuan
Pengenalan Akomodasi Tindakan
1 Landasan hidup religius Mengenal bentuk-bentuk dan tata cara ibadah sehari-hari Tertarik pada kegiatan ibadah sehari Melakukan bentuk-bentuk ibadah sehari-hari
2 Landasan perilaku etis Mengenal patokan baik-buruk atau benar salah dalam berperilaku Menghargai aturan-aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari Mengikuti aturan yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari
3 Kematangan emosi Mengenal perasaan diri sendiri dan orang lain Memahami perasaan diri sendiri dan orang lain Mengekspresikan perasaan secara wajar
4 Kematangan intelektual Mengenal konsep-konsep dasar ilmu pengetahuan dan perilaku belajar Menyenangi berbagai aktifitas perilaku belajar Melibatkan diri dalam berbagai aktifitas perilaku belajar
5 Kesadaran tanggung jawab sosial Mengenal hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam lingkungan kehidupan sehari-hari Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam lingkungan kehidupan sehari-hari Berinteraksi dengan orang lain dalam suasana persahabatan
6 Kesadaran gender Mengenal diri sebagai laki-laki atau perempuan Menerima atau menghargai diri sebagai laki-laki atau perempuan Berperilaku sesuai dengan peran sebagai laki-laki atau perempuan
7 Pengembangan diri Mengenal keadaan diri dalam lingkungan dekatnya Menerima keadaan diri sebagai bagian dari lingkungan Menampilkan perilaku sesuai dengan keberadaan diri dalam lingkungannya
8 Perilaku kewirausahaan (kemandirian perilaku ekonomis) Mengenal perilaku hemat, ulet sungguh-sungguh dan konpetitif dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan dekatnya Memahami perilaku hemat, ulet sungguh-sungguh dan konpetitif dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan dekatnya Menampilkan perilaku hemat, ulet sungguh-sungguh dan konpetitif dalam kehidupan sehari-hari di lingkungannya
9 Wawasan dan kesiapan karier Mengenal ragam pekerjaan dan aktivitas orang dalam kehidupan Menghargai ragam pekerjaan dan aktivitas sebagai hal yang saling bergantung Mengekspresikan ragam pekerjaan dan aktivitas orang dalam lingkungan kehidupan
10 Kematangan hubungan dengan teman sebaya Mengenal norma-norma dalam berinteraksi dengan teman sebaya Menghargai norma-norma yang dijunjung tinggi dalam menjalin persahabatan dengan teman sebaya Menjalin persahabatan dengan teman sebaya atas dasar norma yang dijunjung tinggi bersama

Sumber :

Depdiknas.2007.Rambu-Rambu Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal.Jakarta.

Leave a comment »

Bikon in SD

Wednesday, 24 March 2010 bk_sd1.jpg
Pada hari Rabu, 24 Maret 2010, telah diadakan rapat evaluasi dengan guru-guru BK SD Ora et Labora di ruang rapat OeL Panglima Polim. Semoga pelayanan guru-guru BK bisa menjadi berkat untuk anak-anak didik di Ora et Labora.

Berdasarkan Lampiran Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006 tentang Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Kurikulum SD memuat 8 Mata Pelajaran, Muatan Lokal dan Pengembangan Diri.

Pengembangan Diri bertujuan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai kondisi sekolah.  Kegiatan Pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar dan pengembangan kirir peserta didik.
Hakikat Bimbingan dan Konseling di Sekolah Dasar

M. Surya (1988:12) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian atau layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.

Bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya (Oemar Hamalik, 2000:193).

Bimbingan adalah suatu proses yang terus-menerus untuk membantu perkembangan individu dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:11).

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self realization).

Konseling adalah proses pemberian yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien (Prayitno, 1997:106).

Konseling merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada seseorang supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang (Mungin Eddy Wibowo, 1986:39).

Dari pengertian tersebut, dapat dirangkum ciri-ciri pokok konseling, yaitu:
(1)    adanya bantuan dari seorang ahli,
(2)    proses pemberian bantuan dilakukan dengan wawancara konseling,
(3)    bantuan diberikan kepada individu yang mengalami masalah agar memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam mengatasi masalah guna memperbaiki tingkah lakunya di masa yang akan datang.

Perlunya Bimbingan dan Konseling di SD jika ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang melatar belakangi perlunya bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural dan aspek psikologis.

Secara umum, latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu: meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.

Untuk mewujudkan tujuan tersebut sudah barang tentu perlu mengintegrasikan seluruh komponen yang ada dalam pendidikan, salah satunya komponen bimbingan. Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatar belakangi perlunya proses bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat sehingga berdampak disetiap dimensi kehidupan. Hal tersebut semakin diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi, sementara laju lapangan pekerjaan relatif menetap.

Menurut Tim MKDK IKIP Semarang (1990:5-9) ada lima hal yang melatarbelakangi perlunya layanan bimbingan di sekolah yakni:
(1)    masalah perkembangan individu,
(2)    masalah perbedaan individual,
(3)    masalah kebutuhan individu,
(4)    masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah laku, dan
(5)    masalah belajar

Fungsi Bimbingan dan Konseling di SD, Sugiyo dkk (1987:14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi bimbingan dan konseling, yaitu:

a.    Fungsi penyaluran (distributif)
Fungsi penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan siswa-siswa dalam memilih program-program pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan sekolah, memilih jenis sekolah lanjutan/sambungan ataupun lapangan kerja yang sesuai dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri kepribadiannya. Di samping itu fungsi ini meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah antara lain membantu menempatkan anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain.

b.    Fungsi penyesuaian (adjustif)
Fungsi penyesuaian ialah fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan khususnya dalam teknik konseling, siswa dibantu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitannya. Fungsi ini juga membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara optimal.

c.    Fungsi adaptasi (adaptif)
Fungsi adaptasi ialah fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah khususnya guru dalam mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri, kebutuhan minat dan kemampuan serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru. Dengan data ini guru berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para siswanya. Sehingga para siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat (Sugiyo, 1987:14)

Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling di SD.

Prinsip merupakan paduan hasil kegiatan teoretik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan (Prayitno,1997:219). Berikut ini prinsip-prinsip bimbingan konseling yang diramu dari sejumlah sumber, sebagai berikut:

a.    Sikap dan tingkah laku seseorang sebagai pencerminan dari segala kejiwaannya adalah unik dan khas. Keunikan ini memberikan ciri atau merupakan aspek kepribadian seseorang. Prinsip bimbingan adalah memperhatikan keunikan, sikap dan tingkah laku seseorang, dalam memberikan layanan perlu menggunakan cara-cara yang sesuai atau tepat.

b.    Tiap individu mempunyai perbedaan serta mempunyai berbagai kebutuhan. Oleh karenanya dalam memberikan bimbingan agar dapat efektif perlu memilih teknik-teknik yang sesuai dengan perbedaan dan berbagai kebutuhan individu.

c.    Bimbingan pada prinsipnya diarahkan pada suatu bantuan yang pada akhirnya orang yang dibantu mampu menghadapi dan mengatasi kesulitannya sendiri.

d.    Dalam suatu proses bimbingan orang yang dibimbing harus aktif , mempunyai banyak inisiatif. Sehingga proses bimbingan pada prinsipnya berpusat pada orang yang dibimbing.

e.    Prinsip referal atau pelimpahan dalam bimbingan perlu dilakukan. Ini terjadi apabila ternyata masalah yang timbul tidak dapat diselesaikan oleh sekolah (guru bimbingan). Untuk menangani masalah tersebut perlu diserahkan kepada petugas atau lembaga lain yang lebih ahli.

f.    Pada tahap awal dalam bimbingan pada prinsipnya dimulai dengan kegiatan identifikasi kebutuhan dan kesulitan-kesulitan yang dialami individu yang dibimbing.

g.    Proses bimbingan pada prinsipnya dilaksanakan secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan yang dibimbing serta kondisi lingkungan masyarakatnya.

h.    Program bimbingan dan konseling di sekolah harus sejalan dengan program pendidikan pada sekolah yang bersangkutan. Hal ini merupakan keharusan karena usaha bimbingan mempunyai peran untuk memperlancar jalannya proses pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan.

i.    Dalam pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah hendaklah dipimpin oleh seorang petugas/guru yang benar-benar memiliki keahlian dalam bidang bimbingan. Di samping itu ia mempunyai kesanggupan bekerja sama dengan petugas-petugas/guru lain yang terlibat.

j.    Program bimbingan dan konseling di sekolah hendaknya senantiasa diadakan penilaian secara teratur. Maksud penilaian ini untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan program bimbingan. Prinsip ini, sebagai tahap evaluasi dalam layanan bimbingan konseling nampaknya masih sering dilupakan. Padahal sebenarnya tahap evaluasi sangat penting artinya, di samping untuk menilai tingkat keberhasilan juga untuk menyempurnakan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling (Prayitno, 1997:219).

Kegiatan BK dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi.

Berdasarkan Pedoman Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling (2004) dinyatakan bahwa kerangka kerja layanan BK dikembangkan dalam suatu program BK yang dijabarkan dalam 4 (empat) kegiatan utama, yakni:

a.    Layanan dasar bimbingan
Layanan dasar bimbingan adalah bimbingan yang bertujuan untuk membantu seluruh siswa mengembangkan perilaku efektif dan keterampilan-keterampilan hidup yang mengacu pada tugas-tugas perkembangan siswa SD.

b.     Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh peserta didik saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventif atau mungkin kuratif. Strategi yang digunakan adalah konseling individual, konseling kelompok, dan konsultasi.

Isi layanan responsif adalah:
(1)    bidang pendidikan;
(2)    bidang belajar;
(3)    bidang sosial;
(4)    bidang pribadi;
(5)    bidang karir;
(6)    bidang tata tertib SD;
(7)    bidang narkotika dan perjudian;
(8)    bidang perilaku sosial, dan
(9)    bidang kehidupan lainnya.

c.     Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan yang membantu seluruh peserta didik dan mengimplementasikan rencana-rencana pendidikan, karir, dan kehidupan sosial dan pribadinya. Tujuan utama dari layanan ini untuk membantu siswa, memantau pertumbuhan dan memahami perkembangan sendiri.

d. Dukungan sistem, adalah kegiatan-kegiatan manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara dan meningkatkan progam bimbingan secara menyeluruh. Hal itu dilaksanakan melalui pengembangan profesionalitas, hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasihat, masyarakat yang lebih luas, manajemen program, penelitian dan pengembangan (Thomas Ellis, 1990)

Kegiatan utama layanan dasar bimbingan yang responsif dan mengandung perencanaan individual serta memiliki dukungan sistem dalam implementasinya didukung oleh beberapa jenis layanan BK, yakni:
(1)    layanan pengumpulan data,
(2)    layanan informasi,
(3)    layanan penempatan,
(4)    layanan konseling,
(5)    layanan referal/melimpahkan ke pihak lain, dan
(6)    layanan penilaian dan tindak lanjut (Nurihsan, 2005:21).

Peran Guru Kelas dalam kegiatan BK di SD

Implementasi kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas (bagi sekolah tanpa guru bimbingan) dalam pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran yang dirumuskan.

Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu:

a.    Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.

b.    Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.

c.    Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.

d.    Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.

e.    Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.

f.    Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.

g.    Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.

h.    Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.

i.    Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

by thomas (paling kiri pada foto di bawah ini)
bk_sd2.jpg

 

http://www.oel.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=464&Itemid=30

 

Leave a comment »

TEORI DAN PANDANGAN TENTANG BK KARIR MENURUT ANNE ROE

BAB ITEORI DAN PANDANGAN TENTANG BK KARIR MENURUT ANNE ROEA.KONSEP UTAMA
Anne Roe. Guru besar pada universitas of Arizona, Amerika.Sebagaimana tertulis dalam bukunya Theories of Vocational Choice (1956) Anne Roemengemukakan pandangannya, sebagai berikut : “Pola pengembangan arah pilih jabatanterutama sangat ditentukan oleh kesan pertama. Yaitu pada masa bayi dan masa awalkanak-kanak, berupa kesan atas perasaan puas dan tidak puas, selanjutnya akan terus berkembang menjadi suatu kekuatan yang berupa energi psikis.”Menurut Anne Roe hubungan dini di dalam keluarga dapat mempengaruhi terhadap arahkarir. Yaitu corak pergaulan dengan orang tua selama masa kecil dan pola pendidikan yangditerapkan oleh orang tua terhadap anak kecil. Dalam bukunya
The Psychology of Occupations
(1956), Roe menekankan dampak dari keseluruhan pengalaman anak kecildalam lingkungan keluarga inti terhadap perkembangan jabatan.Dia meneliti pengaruh dari gaya interaksi antara orang tua dan anak, serta pengaruh polaasuh orang tua (parental styles) dan pendidikan keluarga terhadap kebutuhan-kebutuhanyang dikembangkan oleh anak, dan bagaimana hubungan antara kebutuhan ini dengan gayahidup masa dewasanya kelak. Dalam mengembangkan teorinya, dia menggunakan teoriMaslow tentang tahap-tahap kebutuhan (hierarchy of needs) sebagai dasar.Secara berturut-turut kebutuhan tersebut yaitu :1.Kebutuhan fisiologis2.kebutuhan merasa aman dan terlindung dari bahaya3.kebuthuan merasa diterima dan disayangi4.kebutuhan akan rasa harga diri dan menjadi independen5.kebutuhan akan informasi6.kebutuhan mengerti dan memahami7.kebutuhan menghayati keindahan
8. kebutuhan mengembangkan diri seoptimal dan semaksimal mungkin.1
Menurut pendapat Maslow, kebutuhan-kebutuhan pada tahap lebih tinggi tidak akandirasakan dan dihayati kalau kebutuhan pada tahap di bawahnya tidak terpenuhi secaramemuaskan.Struktur kebutuhan seorang individu, menurut Roe, sangat dipengaruhi oleh frustasi dankepuasan pada awal masa kanak-kanak. Misalnya, individu yang menginginkan pekerjaanyang menuntut kontak dengan orang adalah mereka yang didorong oleh kebutuhan yangkuat untuk memperoleh kasih sayang dan mendapatkan pengakuan sebagai anggotakelompok. Mereka yang memilih jenis pekerjaan non-orang akan memenuhi kebutuhanakan rasa aman pada tingkat yang lebih rendah. Roe berhipotesis bahwa individu yangsenang bekerja dengan orang adalah mereka yang dibesarkan oleh orang tua yang penuhkehangatan dan penerimaan, dan mereka yang menghindari kontak dengan orang adalahyang dibesarkan oleh orang tua yang dingin dan/atau menolak kehadiran anaknya.Analisis tentang perbedaan dalam kepribadian, aptitude, inteligensi, dan latar belakangyang mungkin terkait dengan pilihan karir merupakan tujuan utama penelitiannya. Diameneliti sejumlah ilmuwan terkemuka dalam bidang fisika, biologi, dan social untuk menentukan apakah arah vokasional itu erat hubungannya dengan perkembangan dinikepribadian.Hipotesa tentang hubungan antara pengalaman yang lalu dengan pilihan jabatan.

Dasar hereditas kurang begitu penting
Kemampuan khusus ditentukan oleh pengamatan individu itu sendiri
Pilihan pekerjaan seseorang ditentukan pada kesan pertama atas perasaan puas atautidak Roe (1956) mengklasifikasikan okupasi ke dalam dua kategori utama: person oriented dannonperson oriented.
1. Contoh bidang jabatan yang person-oriented adalah:
a.jasa
b.bisnis
c.manajemen
d.pelayanan sosial
e.aktivitas di bidang kultural.2
2.Contoh bidang jabatan yang nonperson-oriented adalah :
a.teknologi
b. pekerjaan di luar ruangan (pertanian, kehutanan, pertambangan, dsb)
c.penelitian ilmiah.Roe (1956) berpendapat bahwa pemilihan sebuah kategori jabatan terutama didasarkan atasstruktur kebutuhan individu tetapi tingkat pencapaian dalam suatu kategori lebihtergantung pada tingkat kemampuan dan latar belakang sosioekonomi individu. Iklimhubungan antara anak dan orang tua merupakan kekuatan utama yang membangkitkankebutuhan, minat, dan sikap yang kemudian tercermin dalam pemilihan pekerjaan.Roe memodifikasi teorinya setelah beberapa studi menyangkal pendiriannya bahwa perbedaan interaksi orang tua-anak menghasilkan perbedaan dalam pemilihan pekerjaan.Kini dia mengambil posisi bahwa orientasi dini seorang individu terkait dengan keputusanutama yang diambilnya di kemudian hari — terutama dalam pemilihan okupasi — tetapivariable-variabel lain yang tidak diperhitungkan dalam teorinya pun merupakan faktor-faktor yang penting.Pernyataan-pernyataan berikut oleh Roe (1972) mengekspresikan pandangan pribadinyatentang perkembangan karir.
1.Riwayat kehidupan setiap laki-laki dan banyak perempuan, tentang atau seputar kisah pekerjaannya, dapat memberikan penjelasan tentang esensi orang tersebut secara lebihlengkap daripada menggunakan pendekatan lain.
2.Situasi yang relevan dengan riwayat ini dimulai dengan kelahiran individu itu ke dalamsebuah keluarga tertentu pada tempat dan waktu tertentu, dan berlanjut sepanjanghidupnya.
3.Mungkin faktor yang berbeda mempunyai bobot yang berbeda pula, tetapi padaesensinya proses keputusan dan perilaku vokasionalnya tidak berbeda.
4.Sejauh mana keputusan dan perilaku vokasional berada dalam control sadar individuitu bervariasi, tetapi individu dapat mempunyai lebih banyak control daripada yangdapat disadarinya. Pertimbangan yang sengaja tentang faktor-faktor tersebut jarangdilakukan.
5.Kehidupan okupasional mempengaruhi semua aspek lain dari pola kehidupan.
6.Pekerjaan yang tepat dan memuaskan dapat merupakan pencegah terhadap penyakitneurotic atau merupakan tempat pelarian dari kondisi tersebut. Pekerjaan yang tidak tepat atau tidak memuaskan dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang parah.
7.Karena kebaikan hidup dalam suatu kelompok social tergantung pada dan jugamenentukan kebaikan kehidupan setiap anggotanya, maka upaya suatu masyarakatuntuk mempertahankan stabilitas dan kemajuan kea arah yang lebih baik mungkindapat dicapai secara lebih baik dengan mengembangkan situasi vokasional yangmemuaskan bagi para anggotanya daripada dengan cara lain. Tetapi ini tidak akan banyak berarti jika pekerjaan itu tidak diintegrasikan secara memadai ke dalam polakehidupan secara menyeluruh.
8.Tidak ada suatu lowongan pekerjaan tertentu yang hanya cocok bagi satu individutertentu saja. Demikian pula, tidak ada satu individu yang hanya cocok untuk satu pekerjaan tertentu saja. Dalam setiap pekerjaan terdapat banyak variabel yangmenuntut persyaratan-persyaratan yang bervariasi pula.Teori Roe ini biasanya disebut “a need-theory approach to career choice” (pemilihan karir dengan pendekatan kebutuhan). Menurut Roe, kombinasi antara hubungan orang tua-anak  pada masa dini, pengalaman lingkungan, dan faktor-faktor genetic, menentukan perkembangan struktur kebutuhan itu. Individu kemudian belajar untuk memuaskankebutuhannya tersebut. Intensitas kebutuhan merupakan faktor penentu utama yangmemotivasi individu untuk mencapai tingkat hierarkhi yang lebih tinggi dalam suatustruktur pekerjaan.Teori Roe telah membangkitkan banyak penelitian tetapi hanya sedikit saja yang hasilnyamendukung model teori tersebut. Postulat Roe bahwa interaksi orang tua-anak berpengaruhterhadap pilihan pekerjaan di kemudian hari ternyata sulit untuk divalidasi. Namundemikian, Roe telah memberikan kontribusi yang besar pada konseling karir yaitu denganmengarahkan banyak perhatian pada periode perkembangan masa kanak-kanak.Dalam hal ini Samuel H. Osipow dalam bukunya
Theories of Career Development
(1973) berpendapat, bahwa konselor sekolah dapat membantu orang muda, yang ternyata belummengenal dirinya sendiri mengenai pengaruh kebutuhan pokok yang melandasimotivasinya dalam memperjuangkan suatu gaya hidup (life style), untuk berefleksi diri.Misalnya bila manusia muda mencita-citakan suatu jabatan yang menghasilkan uang banyak, mungkin orang ini sangat menghayati kebutuhan menikmati hidup yang secaraekonomis serba terjamin supaya
merasa aman terhadap kegoncangan dalam hidup.Bahkan ada kemungkinan bahwa sikap hidup ini ditanamkan dalam lingkungankeluarganya, yang menyamakan
keamanan dalam hidup
dengan jaminan ekonomismewah.Teori Osipow memiliki tiga komponen penting, yaitu :
1.Penggunaan konsep kanalisasi energi psikis dan bahwa pengalaman – pengalaman padamasa anak- anak awal mungkin berhubungan dengan pilihan vokasional.
2.Teori hirarki kebutuhan Maslow.
3.Pengaruh genetik terhadap keputusan- keputusan vokasional.Secara umum teori Roe sendiri memiliki dua taraf, yaitu:
1.Latar belakang genetik setiap individu mendasari kemampuan dan minat- minat yang pada gilirannya berhubungan dengan pilihan vokasional. Tiap individu dalammenggunakan enegi psikisnya tidak sepenuhnya berada dalam kontrolnya yang padaakhirnya secara genetik berpengaruh dalam perkembangan kemampuan- kemampuanindividu. Jika dihubungkan dengan energi psikis dalam waktu yang sama berkembang pula keunggulan – keunggulan kebutuhan. Faktor – faktor genetik dan hirarki- hirarkikebutuhan secara bersama- sama mempengaruhi pilihan vokasional.
2.Perkembangan pola- pola dan kekuatan- kekuatan kebutuhan pokok yang dipengaruhioleh pengalaman masa kanak- kanak.Berkaitan dengan ini muncul proporsi khusus :
a.Kebutuhan-kebutuhan yang terpuaskan secara rutin tidak menjadi motivator yangtidak disadari.
b.Kebutuhan-kebutuhan untuk jenjang yang lebih tinggi (ex: kebutuhan aktualisasidiri) akan tidak muncul sama sekali jika jarang terpuaskan. Sebaliknya kebutuhanyang berada pada jenjang yang lebih rendah justru akan menjaadi motivator dominan jika jarang terpuaskan.
c.Kebutuhan- kebutuhan yang terpuaskan setelah tertunda agak lama akanmenjadi motivator yang tidak disadari pada situasi tertentu.Roe adalah teoritikus yang memberi perhatian pada praktek mengasuh anak, cara orang tua berinteraksi dengan anak, struktur kebutuhan yang dihasilkan, dan orientasi yang mendekatdan menjauh dari orang- orang.
Ann Roe berpendapat bahwa iklim rumah tangga memiliki pengaruh signifikan terhadap pilihan karir. Pada tahun 1957 Roe mengembangkan teorinya dengan proporsi-proporsisebagai berikut :

1.Perangkat- perangkat bawaan genetik membatasi perkembangan potensial semua sifat.Tetapi kekhususan kontrol genetik serta tingkat dan sifat limitasi tersebut berbeda bagi berbagai ciri.
2.Taraf- taraf dan jalur perkembangan sifat yang dibawa sejak lahir tidak hanyadipengaruhi pengalaman unik individu tetapi juga oleh semua aspek latar belakangkultural dan kondisi sosioekonomik keluarga.
3.Pola perkembangan variabel-variabel kepribadian terutama ditentukan oleh pengalaman individu terhadap jurusan- jurusan khusus yang menjadi saluran perhatianindividu. Jurusan khusus ini pada instansi yang pertama ditentukan oleh pemolaankepuasan dan frustasi sejak awal. Sedangakan cara- cara dan taraf-taraf pemuasankebutuhan menentukan kebutuhan mana yang akan jadi motivator terkuat, dengankemungkinan : kebutuhan yang rutin terpuaskan = tidak akan jadi motivator yang tidak disadari kebutuhan dengan jenjang lebih tinggi, jarang terpuaskan = hilang, tidak menjadi motivator, sedangkan jika berada pada taraf yang lebih rendah dan jarangterpuaskan = jadi motivator dominan yang bersifat membatasi munculnya kebutuhanyang lebih tinggi. Kebutuhan yang pemuasannya tertunda = jadi motivator yang tidak disadari.
4.Pola- pola energi psikis, dipandang dari segi keterarahan perhatian , merupakandeterminan pokok dari minat- minat.
5.Intensitas kebuthan ini dan pemuasannya dan organisasinya merupakan determinan pokok dari taraf motivasi yang mencapai ekspresinya dan pemuasannya.Roe mengkonsentrasikan penelitiannya pada proposisi 3a, dengan teori bahwa berbagaikualitas interaksi awal orang tua-anak akan menghasilkan perkembangan berbagai minat-minat dan melalui itu, berbagai pilihan okupasional (Roe, 1972:71-73).
B.KELEBIHAN
1.Teori Roe lebih mengutakan pada pemilihan karir dengan pendekatan kebutuhan.
2.Kombinasi antara hubungan orang tua-anak pada masa dini, pengalamanlingkungan, dan faktor-faktor genetik, menentukan perkembangan struktur kebutuhan itu. Individu kemudian belajar untuk memuaskan kebutuhannyatersebut. Intensitas kebutuhan merupakan faktor penentu utama yang memotivasiindividu untuk mencapai tingkat hierarkhi yang lebih tinggi dalam suatu struktur  pekerjaan.3.Roe telah memberikan kontribusi yang besar pada konseling karir yaitu denganmengarahkan banyak perhatian pada periode perkembangan masa kanak-kanak.

4.Teori Roe telah membangkitkan banyak penelitian.
5.Jika perlakukan orang tua terhadap anak dan pilihan jabatan yang dikehendakisesuai di kemudian hari, pandangan ini mempunyai sedikit relevansi bagikonselor karier dan konselor tidak mengalami kesulitan dalam mengarahkan karir anak.
C.KELEMAHAN
1.Hanya sedikit saja yang mendukung model teori tersebut.
2.Perbedaan interaksi orang tua-anak menghasilkan perbedaan dalam pemilihan pekerjaan.
3.Pendapat Roe bahwa interaksi orang tua-anak berpengaruh terhadap pilihan pekerjaan di kemudian hari ternyata sulit untuk divalidasi.
4.Jika terjadi perbedaan antara keinginan orang dan ketidaksesuaian dengan minatdan bakat anak, maka pandangan ini tidak akan sesuai bagi konselor karier sehingga konselor akan mengalami kesulitan dalam mengarahkan karir anak dankonselor perlu waktu untuk menyesuaikan kondisi yang dihadapi tersebut.
BAB IIPENUTUPA.KESIMPULAN

Hubungan dini di dalam keluarga dan pengaruhnya kemudian terhadap arah karir merupakan focus utama karya Ann Roe (1956). Roe menekankan bahwa pengalaman pada awal masa kanak-kanak memainkan peranan penting dalam pencapaian kepuasandalam bidang yang dipilih seseorang. Penelitiannya menginvestigasi bagaimana gayaasuh orang tua mempengaruhi hierarkhi kebutuhan anak, dan bagaimana hubunganantara kebutuhan ini dengan gaya hidup masa dewasanya.Roe telah memberikan kontribusi yang besar pada konseling karir yaitu denganmengarahkan banyak perhatian pada periode perkembangan masa kanak-kanak. TeoriRoe telah membangkitkan banyak penelitian. Jika sesuai antara keinginan orangdengan minat dan bakat anak, maka akan memudahkan konselor karier dalammengarahkan bakat anak, namun jika keinginan orang tidak sesuai dengan minat dan bakat anak, maka konselor karier akan mengalami kesulitan dalam mengarahkan karir anak.8
DAFTAR PUSTAKA
W. S, Winkel. (1991). Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta:Gramedia.Sukardi,Drs.Dewa Ketut.1989,Bimbingan Dan Konseling Karir di sekolah-sekolah,jakarta,Ghalia indonesia.
Leave a comment »

Satlan BK

SATUAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Topik bahasan : Program studi terhadap pilihan karir
B. Bidang bimbingan : Karir
C. Jenis layanan : Layanan informasi
D. Fungsi layanan : Fungsi pemahaman
E. Kompetensi dasar : Siswa dapat memahami penjurusan yang akan dipilihterhadap pilihan karir
F. Indikator : a. Mengetahui pilihan karir dalam penjurusan IPA danIPS
                           b.Menentukan pilihan jurusan yang akan dipilih
G. Sasaran layanan : Penyajian informasi mengenai penjurusan
H. Uraian kegiatan
      1.Pembukaan :a. Menyampaikan salam pembuka kepada siswa
                                    b. Memeriksa daftar kehadiran siswa
                                    c. Mencairkan suasanad. Menyampaikan judul materi yang akan dibahase. Menyampaukan tujuan pemberian materi
2. Inti :
a. Menenayakan kepada siswa yang mereka ketahui ttentang jurusan IPA dan IPS.
b. Menampilkan powerpoint
c. Menyampaikan pembahasan materi
d. Menanyakan kepada siswa tentang pilihan jurusanakan mereka tempuh.
e. Memberi kesempatan siswa untuk bertanya
3. Penutup :
a. Menyimpulkan pembahasan materi yang telahdisampaikan
b. Menyampaikan harapan guru pembimbing setelahmemberikan materi tersebut
c. Menyampaikan salam penutup kepada siswa
I. Materi :
a. Pemahaman tentang IPA dan IPS
b. Pilihan karir yang terdapat dalam IPA dan IPS
c. Mata pelajaran yang terkait dengan pilihan karir
J. Metode : Cermah, Presentasi visual, Quik and the draw
K. Penyelenggara layanan : Guru pembimbing
L. Tempat penyelenggaraan : Ruang kelas
M. Alokasi waktu : 1 x 45 menit
N. Pihak yang disertakan : Siswa kelas X SMA
O. Alat dan perlengkapan : Powerpoint, laptop
P. Rencana penilaian : Penilaian jangka pendek dan jangka panjang
Q. Keterkaitan dengan layananlain : Layanan penempatan dan penyaluranR.
Catatan khusus : -Mengetahui,Kepala sekolahKarsih jakarta, 10 November 2011Praktikan
Leave a comment »